Yak,
sekarang dongeng menyoal memori janin, perkembangan emosi, apalagi
tengah digunjingkan bisa membuat janin jenius jika perut dielus elus .
Lho kok… gampang banget membuat baby jenius kebak multiple intelligence?
Engga cuma jenius, bahkan katanya bisa menghasilkan baby yang perfek
kumplit gak pakai cacat. Lho…. Apa engga hebat? Tapi rupanya pendidikan
kepada orang tua untuk menstimulasi sedini mungkin jabang bayik malah
menyebabkan banyak bumil menjadi stress. Soalnya katanya kalau kurang
stimulasi gedenya bisa sakit jiwa atau mengalami gangguan belajar. Wak….Gara-gara
beberapa surat japri emak stress, maka kuubrak abrik toko buku dan
perpustakaan fakultas kependidikan dan keguruan di kotaku. Semuanya
kumaksudkan untuk mencari pencerahan dari sumber aslinya, sekalipun
seorang teman diskusi sudah mendongeng bahwa janin janin di perut para
emak belum komplit, semua masih belum jadi, jempol, otak, mata, dlsbnya,
apalagi belum pernah ketemu orang ya gak punya social awarness (yang
ada juga ketemu jedag jedug jantung emaknya) dan belum ada
selfregulation, jadi gak mungkin ada emosi. Tapi mengapa kok kini ramai
digunjingkan di seantero dunia, engga cuma di Eropa, engga di Amerika,
kini sudah melipir sampai Indonesia. Ternyata jawabnya, jelas, dan cukup
menggelikan. …kik kik kik….(damput kita ini emang jadi konsumen korban
doangan).
Eee… ala, ngapain daku pergi ke toko buku wong disana
(perpustakaan) ngejentrek sagambreng buku-buku yang menjelaskan tentang
learning process. Beberapa buku kucomot, semuanya berjudul Ontwikkeling
psychologie (psikologi perkembangan) yaitu dari Matine F Delfos, 2002
(Psikolog ini adalah psikolog kondang yang berkaitan dengan gangguan
perkembangan atau pathopsychology); Miriam van Reijen,2000 (psikolog
yang demen banget ngoprek perkembangan emosi); Monks, 2000 (psikolog
perkembangan yang spesialisasinya pada anak gifted), & Rita
Kohnstamm, 2002 (nah ini seru bukunya bener bener psikologi perkembangan
yang banyak ngejentrek teori-teori serta aplikasinya dalam bimbingan
psikologi jadi isi bukunya juga banyak mengkritik penggunaan teori yang
seringkali dipakai secuil secuil atau sepotong sepotong atau bahkan
overaplikasi) .
Meski banyak buku psikologi perkembangan, tapi
gak banyak yang menceritakan secara detil tentang teori-teori terutama
yang klasik (yang pada bekelahi sendiri tea) yang mendukung soratus
persen cara belajar (learning process) anak manusia apalagi learning
process pada jabang bayek yang masih diperut.
Teori yang sejentrek
banyaaaak banget itu akhirnya berhasil kusaring, teori mana yang kini
tengah dimanfaatkan oleh para “pakar” stimulasi dini.The New Wave Theory
tentang fetal learning. Sampai sampai ada “cabang”baru dalam psikologi
yang disebut fetal psychology yang mengklaim tentang adanya personalitas
pada janin (hebat ya sampai jabang bayek janinpun punya personalitas) .
Karena sang Janin mampu hal hal seperti ini, katanya:(buat
ibu-ibu hamil jangan banyak makan tempe… he he… nanti fetusnya mabuk
tempe, apalagi kalau makan pete dan jengkol soalnya katanya indera
pengecap janin itu sudah ada jadi dia selain bisa mencium bau jengkol
tapi juga mulai mengecap rasa jengkol… ini mah Cuma kata saya lho,
aplikasi lho kalau mau ngikutin teorinya).
Nah dari berbagai
bacaan tea, maka kutelusurilah teori yang tengah dicomot pakar-pakar
stimulasi dini tea, yaitu TEORI HABITUATION namanya, dalam bahasa
Belanda dipakai istilah habituatie. Kang comot teori inilah yang
diomel-omeli oleh mpok Rita Kohnstamm dalam bukunya: Ontwikkeling
psychologie het jonge kleine kind (2002) yang menurutnya banyak psikolog
(di Ind juga banyak digandrungi dokters) menggunakan teori ini secara
menggampangkan diaplikasikan pada anak manusia. Anak manusia tea pan
bukan binatang, katanya, anak manusia tea pan dalam proses belajarnya
menggunakan juga perangkat kemanusiaan, yaitu factor kognitif maupun
nonkognitif, fleksibiltas, kreativitas, instink, emosi dan tetek
bengeknya lagi termasuk juga berbagai organ sensoris atau pancaindera .
Belum lagi masih ada factor nature atau genetic yang akan senantiasa
menjadi blue print perkembangan seorang anak. Ini, katanya gara-garanya
karena ada new wave, teori tua dibuat mederen yaitu teori etiologi dari
Konrad Lorenz (1893-1989) orang Perancis (pemakan craisont deh pastinya)
yang terkenal dengan teori anak bebeknya. Ini juga gara-gara, kata mpok
Rita dalam bukunya sebetebel bantal tea, karena jaman moderen ini
mengambil pengertian bahwa learning process merupakan processing
informasi yang diperoleh dari berbagai indera (mata, lidah, kulit,
telinga dan mata) yang kemudian disimpan dalam sel sel otak.. Terus
secara mentah-mentah ditelen gitu doangan. Padahal katanya lagi, memori
doang eta mah bukan inteligensia (jadi mana mungkin tah dengan hanya
ngelus perut bayeknya bisa berkecerdasan hebring sekalipun ada habituasi
juga). Ini kali yang dimaksud temanku, bahwa banyak orang mengambil
teori cuma sepotong potong gak utuh, jadinya begitu deh cuma membuat
bingung yang menjadi konsumennya.
Habituation sendiri
dimencungulkan ke dunia psikologi bahkan ke berbagai riset dasar dalam
basic medical sciences oleh Eric Kandel (lahir 1929)
psiko-neuroscientist orang Polandia lahir dan sekolah di Austria minggat
ke Amerika karena dikejar Nazi. Habituation secara singkat sering
diartikan sebagai awal dari memori. Maksudnya jika ada perangsangan pada
organ sensoris, maka rangsangan itu akan disimpan dalam sel sel neuron
di otaknya yang sekalipun masih sangat sederhana, dalam bentuk memori.
Memori ini bisa berjangka pendek dan bisa berjangka panjang. Jika
dilakukan terus menerus maka memori itu akan semakin kuat dan menjadi
memori jangka panjang. Ada yang mengatakan bahwa ini adalah suatu
learning process, sekalipun masih dalam bentuk primitip. Habituation
sendiri maksudnya, jika rangsangan pertama si bayek akan memberikan
reaksi, namun pada rangsangan berikutnya dengan stimulus yang sama maka
ia akan tidak lagi merespon, yang diartikan oleh para pemikir bidang ini
sebagai kondisi dimana si bayek sudah belajar bahwa rangsangan itu
tidak membahayakan. Dengan begitu pada rangsangan yang sudah ia pelajari
tidak membahayakan tsb ia akan bersikap tenang.
Pemikiran
inilah yang digunakan oleh Kandel dari berbagai riset-risetnya pada
berbagai binatang. Dengan dasar pengertian bahwa binatang mempunyai otak
yang sederhana dan sel neuron yang jumlahnya gak terlalu banyak, namun
mampu mempunyai memori, maka Kandel mengasosiasikannya pada janin
manusia dengan sel neuron yang masih sederhana tea. Dengan begitu kini
banyak banget penelitian yang meneruskan Kandel dalam hal nguprek memori
jabang bayek. Bahkan ada juga yang nyoba-nyoba kalau semakin dirangsang
inderanya – ngikutin teori new wave processing information (rangsangan
taktil/raba jabang bayik dielus elus, auditory bayinya dikasih Mozart,
emaknya makan yang enak-enak , perut emaknya dikasih cahaya sehingga si
bayi punya memori tentang gelap dan terang, dan ibunya nyium bau-bauan )
maka saat bayi itu lahir dia sudah punya memori itu semua. Rupanya
penelitian kayak gini lagi rame nih…yang pengen membuktikan bahwa bayek
punya memori, dan punya ikatan emosi dengan emaknya karena mendengar dan
merasakan denyut jantung ibunya. Kemampuan menangkap rangsang tadi ini
kemudian setelah lahir perlu dilanjut, agar bayi-bayi yang ternyata
katanya pinter tea akan semakin pinter dan hebring.
Makin rame,
soale beberapa hari lalu di tipi Belanda ada tayangan bayi-bayi yang
baru lahir dikasih hearingphone disuruh mendengarkan muzik Mozart. Konon
banyak yang mendongeng katanya kalau bayi-bayi yang saat emaknya hamil
diberi muzik Mozart maka saat begitu lahir teriak oek oek kaget karena
dilingkungan baru, bayinya segera diperdengarkan muzik Mozart ia akan
segera anteng deh….Eta mah baru cerita, testemoni. Ngebayang kalau
emaknya bengekan, terbatuk batuk gak keruan, waktu lahir pasti bayinya
anteng kalau ngedenger napas kucing disangkanya emaknya lagi bengek… He
he… ini mah dongengku aja.
Teori ini cocok dengan teorinya Konrad
Lorenz yaitu tentang imprinting atau fiksasi stimuli di otak. Kasus
yang diamati adalah bebek dan angsa. Dia mengamati, bebek begitu jebrot
netes dari telurnya, begitu ngeliat ada yang goyang-goyang dimukanya,
langsung disangkanya emaknya. Jadi telur bebek kalau dieram oleh ayam,
begitu jebrot dia sangka ayam itu emaknya, ngekor aja dia terus pada
ayam. (ngebayang engga sih kalau misalnya jadi gynekolog, saat enak enak
makan di mol-mol, eh… banyak anak kecil teriak-teriak: “Bapak….
Bapak…..”Soalnya begitu lahir jebrot yang goyang goyang dimukanya adalah
pak gynekolog).
Ternyata
teori habituation ini bukan sampah lho… he he… ada yang lagi
meningkatkan kemampuan dokter gynekolog melacak “kepinteran” jabang
bayek dengan memanfaatkan teori habituation ini. Salah satunya
penelitian disertasi yang dilakukan dengan judul:
Development of habituation and memory in the human fetus
5 oktober 2001, oleh Cathelijne van Heteren, Katholieke Universiteit Nijmegen http://www.nvog.nl/pub/dynamic/proefschrift.asp?id=29441
Cathelijne
van Heteren ini melakukan percobaan dengan cara emak emak hamil antara
26 – 40 minggu perutnya beberapa kali diberi stimulasi vibroakustik
secara berulang-ulang, dalam skala yang bervariasi. Saat jabang bayek
diberi stimulus baru, nampak bahwa jabang bayek itu memberikan respon.
Diantara jabang bayek itu ada yang memberi respon cepat ada yang lambat.
Waktu bayeknya keluar menunjukkan bahwa yang pada lambat itu ternyata
mengalami cacat bahkan ada yang cacat kromosom segala. Jadi menurut
Catelijne cara-cara ini bisa dipakai untuk mengidentifikasi kondisi
janin saat masih di dalam perut, atau pre-natal. (Pan kalau bayi lahir
langsung diliat tuh segala refleksnya lalu diberi skor, misalnya Apgar
skor kalau skornya 10 namanya perfek baik banget, makin rendah skornya,
kemungkinan ada apa-apanya dalam kemajuan di bayek.
Tapi apakah
stimulus itu kalau berulang ulang bayeknya akan makin hebring jadi
jenius? Jawabnya: tetep aja AUK DAH! Seperti kata para dokter/psikolog
dari di bawah ini, yang mengatakan bahwa sekalipun seorang bayi sudah
diberi pelajaran kok gedenya lupa? Soalnya Catelijne sendiri juga gak
mikir sampai sana, tapi dongeng bahwa kalau rangsangan pada indera
jabang bayik diberi berulang ulang sampai terjadi habituasi, dimana si
jabang bayek tidak lagi bereaksi waktu dirangsang, apa berarti bahwa
bayeknya sudah menerima rangsangan itu, terbiasa, dan menyimpannya dalam
otaknya sebagai memori.... ataukah..... bayeknya sudah sebel duluan
lalu dia cuek bebek? begitu kata ponakanku... kik kik.... mana tauk!
Begitulah
dongengnya. Dongeng ini boleh digebuki, dikeplaki, supaya kita makin
mantab mengahadapi berbagai publikasi aneh tapi nyata… he he
Dan Sesungguhnya Aku Telah menciptakan manusia dari suatu saripati dari tanah.Kemudian Aku jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).Kemudian mani yang terikat itu Aku jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Aku jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Aku jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Aku bungkus dengan daging. Kemudian Aku jadikan dia makhluk lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Al-Mukminun: 12-14)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Bahasanya kurang bisa di pahami, ada tea tea, bayek, dll aku gak ngerti
BalasHapus