Sabtu, 26 Januari 2013

Mencetak Anak JENIUS Sejak dalam Kandungan

Suatu hari Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) mengunjungi salah seorang sahabatnya. Di rumah sahabatnya itu Nabi menyaksikan anak sang sahabat meloncat-loncat sambil menginjak bahu dan kepala bapaknya. Lalu Nabi mencari tahu mengapa si anak bisa berperilaku seperti itu kepada sang sahabat. Kata Nabi, “Apakah ada sesuatu makanan yang keliru masuk ke perut istrimu saat sedang mengandung?” “Benar,” jawab sahabatnya. Ketika sang istri mengandung, ia memberi sebiji korma yang diambil dari sebuah kebun tanpa seizin pemiliknya. Nabi mengangguk-angguk ketika mendengar penuturan tersebut. Cerita ini bukti bahwa mendidik anak sudah harus dimulai sejak anak masih berada dalam kandungan. Selain makanan yang dimakan sang ibu haruslah halal dan berkah, didikan secara fisik juga perlu dilakukan.

Menurut dokter spesialis anak, dr Sudjatmiko, MD SpA. kecerdasan seorang anak sudah bisa dirangsang ketika ia masih berada dalam kandungan ibunya. Secara umum, kata Sudjatmiko, ada tiga aspek yang harus diperhatikan orang tua kepada sang anak ketika masih berada dalam kandungan. Yaitu, terpenuhinya kebutuhan kasih sayang, biomedis, dan rangsangan. Seorang ibu harus menerima kehamilannya dengan ikhlas dan tidak terpaksa. Sebab, jika kehamilannya terpaksa maka pertumbuhan bayi tidak akan optimal. “Si ibu hamil harus siap dan dapat menerima risiko dari kehamilannya,” ungkap Sudjatmiko.

Risiko itu, misalnya, seorang wanita karier yang hamil, merasa terbebani dan khawatir akan mengganggu pekerjaannya. Ia sebenarnya ingin hamil, tapi juga merasa terganggu dengan kehamilannya itu. Kondisi seperti ini tidak kondusif untuk merangsang perkembangan bayi dalam kandungannya. Selain itu, menurut Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, ada faktor psikologis yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan bayi, yaitu apakah si ibu hamil karena menikah secara resmi atau kawin lari. Apakah si ibu mendapatkan dukungan dari sang suami atau tidak. Karena tanpa dukungan dari suami, perkembangan dan rangsangan kecerdasan bayi dalam kandungan akan tak wajar. “Jadi, variabel kasih sayang tadi adalah berkomitmen dengan suami serta dukungan dari orang tua dan keluarga, sehingga seorang ibu dapat menerima kehamilannya dengan hati tenteram,” paparnya.


Lebih lanjut Sudjatmiko mengatakan, si ibu harus perhatian terhadap kandungannya. Ia dapat memberikan rangsangan dan sentuhan secara sengaja kepada bayi dalam kandungannya. Misalnya, dengan cara mengelus-elus perutnya karena secara emosional akan terjadi kontak. Jika ibunya gembira dan senang, dalam darahnya akan melepaskan neo transmitter atau zat-zat rasa senang, sehingga bayi dalam kandungannya juga akan merasa senang. Sebaliknya, jika si ibu merasa tertekan, terbebani, gelisah, dan stres, ia akan melepaskan zat-zat dalam darahnya yang mengandung rasa tidak nyaman, sehingga secara tidak sadar bayi akan terangsang untuk ikut gelisah. “Yang paling baik adalah berikan rangsangan berupa suara-suara, elusan, dan nyanyian yang disukai si ibu. Hal ini akan merangsang bayi untuk ikut senang. Berbeda jika si ibu melakukan hal-hal yang tidak disukainya, karena itu sama saja memberikan rangsangan negatif pada bayi,” ujarnya.


Rangsangan kepada bayi yang masih berada dalam kandungan bisa lebih efektif dilakukan ketika usia kehamilan di atas enam bulan. Sebab, pada usia tersebut jaringan struktur otak pada bayi sudah mulai berfungsi.Karenanya, pada kondisi demikian, seorang ibu hamil harus tetap menjaga makanannya sehari-hari. 


Sudjatmiko juga manganjurkan agar saat mengandung si ibu tidak meminum obat-obatan yang, katanya, bisa merangsang perkembangan dan kecerdasan otak bayi. Sebab, obat-obatan semacam itu tidak banyak berfungsi. “Pemberian obat semacam itu percuma saja. Tidak akan berpengaruh apa-apa. Yang penting, ciptakan saja lingkungan yang mendidik,” katanya.


Hal yang harus diperhatikan agar kecerdasan anak berkembang secara positif sejak dalam kandungan, di antaranya, kebutuhan biologis (fisik) si bayi. Yaitu, nutrisi bagi ibu hamil. Nutrisi tersebut bisa berupa asupan protein, karbohidrat, atau mineral. Nutrisi, kata Sudjatmiko lagi, bukan hanya dibutuhkan ketika ibu sedang mengandung. Ketika si ibu siap untuk mengandung pun sudah harus memperhatikan gizi, makanan, dan komposisi nutrisinya. Sehingga, saat hamil, fisik si ibu sudah siap. Proses kehamilan pun akan berlangsung baik. Selain itu, ibu hamil tak boleh dalam keadaan mengidap penyakit yang bisa mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak dalam kandungannya. Misalnya, malaria, tipus, bahkan batuk yang mengeluarkan dahak pun bisa mempengaruhi perkembangan si janin.


Si ibu bisa pula memberi rangsangan kepada si janin dengan memperdengarkan musik klasik, atau — lebih baik lagi — bacaan ayat suci al-Qur’an.

 
Suara-suara yang berirama tersebut akan mengeluarkan gelombang alfa. Gelombang ini bisa memberi ketenangan, kenyamanan, dan ketenteraman kepada si janin. Bahkan, si janin bisa berkonsentrasi saat mendengarkan alunan berirama tersebut. Selain itu, si ibu bisa membacakan cerita-cerita menarik buat si janin, atau mengajaknya mengobrol. Apalagi jika saat mengobrol tersebut si ibu mengelus-elus perutnya dengan kasih sayang. Tips mendidik bayi saat dalam kandungan
Memilik anak jenius, cerdas dengan IQ tinggi tentunya impian setiap orangtua. Namun nyatanya menciptakan anak dengan IQ tinggi tak selalu lewat didikan kala ia bertumbuh, melainkan lebih awal saat masih di janin pun tak kalah penting. Lalu bagaimana caranya ? Mudah saja, berikut 5 langkah mudah agar si bayi jenius seperti dilansir Onlymyhealth, Senin (19/11/2012) : 1. Ajak ngobrol janin Janin yang sedang berkembang dapat mendengar suara yang terjadi di luar rahim ibu pada minggu ke-23 kehamilan. Kemampuannya untuk mendengar memang masih terbatas, tapi dapat membedakan suara sang bunda. Ahli kesehatan dari NYU Brain Research Laboratories sejutu bahwa bermain musik yang menenangkan atau membacakan puisi untuk bayi saat ia masih dalam kandungan berguna untuk meningkatkan kemampuan membaca, menulis dan bahasa bayi kelak. 2. Makan makanan sehat Pilihan makanan yang sehat tidak hanya berguna untuk si ibu yang sedang hamil, tetapi juga bayi dalam kandungannya. Makanan tinggi lemak omega-3 (nabati) dan turunannya (DHA) meningkatkan perkembangan otak bayi seperti ikan berlemak tuna, salmon dan ikan haring. Minyak ikan dan hati juga tinggi omega-3, sedangkan unggas dan kuning telur dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan DHA. Makanan tinggi asam folat, seperti buah jeruk, brokoli, hati, sayuran berdaun hijau dan kacang-kacangan menghilangkan risiko cacat otak dan sumsum tulang belakang. 3. Rangsang bayi Studi Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychology menyarankan bahwa cahaya redup bisa merangsang bayi saat diletakkan dekat dengan perut ibu. Jangan memberi bayi cahaya terang langsung di perut karena dapat membahayakan mata bayi. Anda akan merasakan responsnya ketika merasakan ada gerakan menendang atau bergerak dari dalam perut. Menyentuh perut dengan lembut juga merupakan cara lain untuk merangsang si buah hati. 4. Hindari stres Hindari stres karena dapat berdampak negatif pada perkembangan bayi. Jika Anda stres dan cemas, ada mungkin akan membuat bayi cemas juga karena Anda berbagi hormon dengannya. Untuk menghindari stres, cobalah latihan relaksasi latihan prenatal atau yoga. 5. Hentikan kebiasaan tak sehat Berhenti merokok, minum alkohol atau mengonsumsi obat-obatan karena dapat menghambat perkembangan otak bayi, menurut sebuah studi yang dilakukan di Cancer Center Moffitt.

Read more http://www.infospesial.net/21677/5-langkah-mudah-agar-si-bayi-jenius/Cara Mendidik Anak ala China:
  1. Nilai anak di sekolah harus sempurna
  2. Anak harus jadi juara 1 di sekolah. Ini harga mati, tidak ada tawar menawar.
  3. Anak harus pintar bermain musik. Kalau perlu dengan berlatih amat keras setiap hari, bahkan hari libur dan saat berlibur sekalipun.
  4. Alat musiknya harus yang sulit dimainkan, yaitu piano atau biola –tidak boleh yang lain.
  5. Anak harus patuh dan hormat pada orangtua, apapun yang terjadi.
  6. Anak tidak boleh menginap untuk main di rumah teman.
  7. Anak tidak boleh nonton TV atau main permainan komputer.
  8. Anak tidak boleh memilih sendiri kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.
Duenggg!! Baca kesimpulannya aja udah bikin saya sesak napas. Jadi ini toh rahasia kenapa anak2 China kebanyakan jenius? Kalau menuju jenius itu harus melalui proses seperti ini, apa kita sanggup?? Dan buat para orangtua, apa juga sanggup mendidik anak jenius seperti ini?? Huaaaa………… >o<


Saya baca dari awal halaman demi halaman. Di luar dugaan, saya pikir tulisannya akan berisi segala macam teori China, tapi bukan. Ini sebuah kisah nyata yang dialami sendiri oleh penulis dalam mendidik anak2nya dengan cara China. Ia adalah seorang China dari keluarga imigran China yang hidup di Amerika. Ia sendiri adalah hasil dari didikan ala China. Ia dan ketiga adiknya terbilang sukses. Ia lulus dari Harvard Law School dan kini bekerja sebagai Profesor Hukum di Yale Law School. Kemudian ia menikah dengan seorang Yahudi-Amerika dan dikaruniai 2 orang putri. Dari awal ia bertekad akan membesarkan anak2nya dengan cara China. Putri pertamanya, Sophia, mendapat nilai A di semua mata pelajaran, seorang pianis konser. Putri keduanya Louisa, juga mendapat nilai sempurna di sekolah, dan seorang violist.
“Tujuan Mommy sebagai orangtua adalah menyiapkan kalian untuk masa depan –bukan untuk membuat kalian suka pada Mommy.”
Hiyaaaa……… 
Membaca buku ini semakin dalam, membuat saya berpikir bahwa ibu ini ternyata banyak benarnya juga. Cara mendidik orangtua Indonesia dulu juga sedikit banyak sama saja seperti cara China. Kebanyakan orangtua dulu tak segan2 memukul jika anak tidak patuh. Kendali anak2 sepenuhnya ada di tangan orangtuanya. Anak dituntut untuk baik di sekolah dan di rumah, membuat bangga orangtua. Zaman sekarang banyak pengaruh Barat masuk, sehingga cara seperti itu udah susah untuk diterapkan lagi. Anak2 sekarang banyak yang berani melawan orangtuanya, dengan alasan orangtua terlalu mengekang kebebasan anak. 
Di buku ini, Amy Chua berani mengungkapkan lemahnya pendidikan ala Barat. Bahkan sangat lemah! 

"Semua orangtua Barat dengan omongan klise mereka tentang apa yang baik dan tidak baik untuk anak -Mommy tidak yakin mereka benar2 mengambil pilihan. Mereka hanya melakukan apa yang dilakukan orang lain. Mereka juga tidak mempertanyakan apa-apa, hal yang seharusnya merupakan keahlian orang Barat. Mereka hanya mengulang kalimat seperti, "kita harus memberikan kebebasan kepada anak untuk mengerjakan apa yang mereka sukai." padahal sudah jelas yang disukai anak ternyata hanya main Facebook sepuluh jam sehari yang cuma buang2 waktu sia2 saja dan makan segala sampah yang menjijikkan -menurut Mommy negeri ini terjun bebas!!"
Hmmmmmmmmm...........................  -__________-

Pertanyaan yang sering diajukan pada ibu macam ini adalah, "Untuk siapa kamu lakukan semua kerja keras ini, apakah untuk 'anakmu' atau untuk 'kamu sendiri'?". Pertanyaan ini menurut Amy Chua sangat khas Barat (karena menurut cara pikir orang China, anak adalah perpanjangan orangtuanya). Dan Amy Chua dengan tegas menjawab, "Segala sesuatu yang saya lakukan sudah jelas 100% untuk kepentingan kedua putri saya. Bukti yang paling kuat, begitu banyak upaya yang saya lakukan untuk Sophia dan Lulu menyengsarakan, meletihkan, dan jauh dari menyenangkan untuk saya sendiri.". Namun, menurutnya, pertanyaan "Sebenarnya untuk siapa kamu lakukan semua ini?" juga harus diajukan untuk orangtua Barat.

Wah, banyak banget kalo saya harus mengulas tentang buku ini. Yang jelas, dari buku ini saya belajar bahwa TIDAK ADA KESUKSESAN YANG TIDAK DIUSAHAKAN! Bahkan seorang jenius sekalipun. Semua harus bekerja keras. Dan Amy Chua serta kebanyakan Ibu China membuktikannya. Tapi, jangan salah paham, para ibu ini bukan menyuruh anaknya belajar tetapi ia lepas tangan gitu aja. Para ibu ini juga ikut belajar bersama anak2 mereka. Jika ada ujian di sekolah, para ibu China akan membelikan puluhan bahkan ratusan soal ujian untuk diselesaikan bersama. Amy Chua meskipun membayar guru untuk melatih putri2nya bermain musik, tetapi ia juga ikut belajar bersama, kemudian melatih sendiri putrinya di rumah dengan cara yang "kejam". Kita hanya tau output nya, di media2 banyak diberitakan seorang anak jenius masuk universitas di usia 12 tahun, dll. Kita hanya bisa kagum, sampe bertanya2 itu ibunya kasih makan apa ya? Haha.... Tapi, kita nggak pernah tau proses di belakangnya. Kalo ternyata proses yang dilaluinya begitu melelahkan dan menyengsarakan, saya rasa mereka pantas mendapat hasil se-cemerlang itu. Hebat!

Yah, pada akhirnya kembali pada orangtua masing2, mau mendidik anak dengan cara apa. Kalau dalam buku ini, Amy Chua mengambil kesimpulan dengan pendekatan Hibrid, yaitu memadukan hal2 terbaik dari kedua dunia. Cara China sampai anak berusia 18 tahun, untuk mengembangkan kepercayaan diri dan nilai keunggulan. Lalu cara Barat sesudahnya, setiap individu harus menemukan jalannya sendiri.Cara Mendidik Anak ala China:
  1. Nilai anak di sekolah harus sempurna
  2. Anak harus jadi juara 1 di sekolah. Ini harga mati, tidak ada tawar menawar.
  3. Anak harus pintar bermain musik. Kalau perlu dengan berlatih amat keras setiap hari, bahkan hari libur dan saat berlibur sekalipun.
  4. Alat musiknya harus yang sulit dimainkan, yaitu piano atau biola –tidak boleh yang lain.
  5. Anak harus patuh dan hormat pada orangtua, apapun yang terjadi.
  6. Anak tidak boleh menginap untuk main di rumah teman.
  7. Anak tidak boleh nonton TV atau main permainan komputer.
  8. Anak tidak boleh memilih sendiri kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.
Duenggg!! Baca kesimpulannya aja udah bikin saya sesak napas. Jadi ini toh rahasia kenapa anak2 China kebanyakan jenius? Kalau menuju jenius itu harus melalui proses seperti ini, apa kita sanggup?? Dan buat para orangtua, apa juga sanggup mendidik anak jenius seperti ini?? Huaaaa………… >o<


Saya baca dari awal halaman demi halaman. Di luar dugaan, saya pikir tulisannya akan berisi segala macam teori China, tapi bukan. Ini sebuah kisah nyata yang dialami sendiri oleh penulis dalam mendidik anak2nya dengan cara China. Ia adalah seorang China dari keluarga imigran China yang hidup di Amerika. Ia sendiri adalah hasil dari didikan ala China. Ia dan ketiga adiknya terbilang sukses. Ia lulus dari Harvard Law School dan kini bekerja sebagai Profesor Hukum di Yale Law School. Kemudian ia menikah dengan seorang Yahudi-Amerika dan dikaruniai 2 orang putri. Dari awal ia bertekad akan membesarkan anak2nya dengan cara China. Putri pertamanya, Sophia, mendapat nilai A di semua mata pelajaran, seorang pianis konser. Putri keduanya Louisa, juga mendapat nilai sempurna di sekolah, dan seorang violist.
“Tujuan Mommy sebagai orangtua adalah menyiapkan kalian untuk masa depan –bukan untuk membuat kalian suka pada Mommy.”
Hiyaaaa……… 
Membaca buku ini semakin dalam, membuat saya berpikir bahwa ibu ini ternyata banyak benarnya juga. Cara mendidik orangtua Indonesia dulu juga sedikit banyak sama saja seperti cara China. Kebanyakan orangtua dulu tak segan2 memukul jika anak tidak patuh. Kendali anak2 sepenuhnya ada di tangan orangtuanya. Anak dituntut untuk baik di sekolah dan di rumah, membuat bangga orangtua. Zaman sekarang banyak pengaruh Barat masuk, sehingga cara seperti itu udah susah untuk diterapkan lagi. Anak2 sekarang banyak yang berani melawan orangtuanya, dengan alasan orangtua terlalu mengekang kebebasan anak. 
Di buku ini, Amy Chua berani mengungkapkan lemahnya pendidikan ala Barat. Bahkan sangat lemah! 

"Semua orangtua Barat dengan omongan klise mereka tentang apa yang baik dan tidak baik untuk anak -Mommy tidak yakin mereka benar2 mengambil pilihan. Mereka hanya melakukan apa yang dilakukan orang lain. Mereka juga tidak mempertanyakan apa-apa, hal yang seharusnya merupakan keahlian orang Barat. Mereka hanya mengulang kalimat seperti, "kita harus memberikan kebebasan kepada anak untuk mengerjakan apa yang mereka sukai." padahal sudah jelas yang disukai anak ternyata hanya main Facebook sepuluh jam sehari yang cuma buang2 waktu sia2 saja dan makan segala sampah yang menjijikkan -menurut Mommy negeri ini terjun bebas!!"
Hmmmmmmmmm...........................  -__________-

Pertanyaan yang sering diajukan pada ibu macam ini adalah, "Untuk siapa kamu lakukan semua kerja keras ini, apakah untuk 'anakmu' atau untuk 'kamu sendiri'?". Pertanyaan ini menurut Amy Chua sangat khas Barat (karena menurut cara pikir orang China, anak adalah perpanjangan orangtuanya). Dan Amy Chua dengan tegas menjawab, "Segala sesuatu yang saya lakukan sudah jelas 100% untuk kepentingan kedua putri saya. Bukti yang paling kuat, begitu banyak upaya yang saya lakukan untuk Sophia dan Lulu menyengsarakan, meletihkan, dan jauh dari menyenangkan untuk saya sendiri.". Namun, menurutnya, pertanyaan "Sebenarnya untuk siapa kamu lakukan semua ini?" juga harus diajukan untuk orangtua Barat.

Wah, banyak banget kalo saya harus mengulas tentang buku ini. Yang jelas, dari buku ini saya belajar bahwa TIDAK ADA KESUKSESAN YANG TIDAK DIUSAHAKAN! Bahkan seorang jenius sekalipun. Semua harus bekerja keras. Dan Amy Chua serta kebanyakan Ibu China membuktikannya. Tapi, jangan salah paham, para ibu ini bukan menyuruh anaknya belajar tetapi ia lepas tangan gitu aja. Para ibu ini juga ikut belajar bersama anak2 mereka. Jika ada ujian di sekolah, para ibu China akan membelikan puluhan bahkan ratusan soal ujian untuk diselesaikan bersama. Amy Chua meskipun membayar guru untuk melatih putri2nya bermain musik, tetapi ia juga ikut belajar bersama, kemudian melatih sendiri putrinya di rumah dengan cara yang "kejam". Kita hanya tau output nya, di media2 banyak diberitakan seorang anak jenius masuk universitas di usia 12 tahun, dll. Kita hanya bisa kagum, sampe bertanya2 itu ibunya kasih makan apa ya? Haha.... Tapi, kita nggak pernah tau proses di belakangnya. Kalo ternyata proses yang dilaluinya begitu melelahkan dan menyengsarakan, saya rasa mereka pantas mendapat hasil se-cemerlang itu. Hebat!

Yah, pada akhirnya kembali pada orangtua masing2, mau mendidik anak dengan cara apa. Kalau dalam buku ini, Amy Chua mengambil kesimpulan dengan pendekatan Hibrid, yaitu memadukan hal2 terbaik dari kedua dunia. Cara China sampai anak berusia 18 tahun, untuk mengembangkan kepercayaan diri dan nilai keunggulan. Lalu cara Barat sesudahnya, setiap individu harus menemukan jalannya sendiri.
Memilik anak jenius, cerdas dengan IQ tinggi tentunya impian setiap orangtua. Namun nyatanya menciptakan anak dengan IQ tinggi tak selalu lewat didikan kala ia bertumbuh, melainkan lebih awal saat masih di janin pun tak kalah penting. Lalu bagaimana caranya ? Mudah saja, berikut 5 langkah mudah agar si bayi jenius seperti dilansir Onlymyhealth, Senin (19/11/2012) : 1. Ajak ngobrol janin Janin yang sedang berkembang dapat mendengar suara yang terjadi di luar rahim ibu pada minggu ke-23 kehamilan. Kemampuannya untuk mendengar memang masih terbatas, tapi dapat membedakan suara sang bunda. Ahli kesehatan dari NYU Brain Research Laboratories sejutu bahwa bermain musik yang menenangkan atau membacakan puisi untuk bayi saat ia masih dalam kandungan berguna untuk meningkatkan kemampuan membaca, menulis dan bahasa bayi kelak. 2. Makan makanan sehat Pilihan makanan yang sehat tidak hanya berguna untuk si ibu yang sedang hamil, tetapi juga bayi dalam kandungannya. Makanan tinggi lemak omega-3 (nabati) dan turunannya (DHA) meningkatkan perkembangan otak bayi seperti ikan berlemak tuna, salmon dan ikan haring. Minyak ikan dan hati juga tinggi omega-3, sedangkan unggas dan kuning telur dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan DHA. Makanan tinggi asam folat, seperti buah jeruk, brokoli, hati, sayuran berdaun hijau dan kacang-kacangan menghilangkan risiko cacat otak dan sumsum tulang belakang. 3. Rangsang bayi Studi Journal of the American Academy of Child & Adolescent Psychology menyarankan bahwa cahaya redup bisa merangsang bayi saat diletakkan dekat dengan perut ibu. Jangan memberi bayi cahaya terang langsung di perut karena dapat membahayakan mata bayi. Anda akan merasakan responsnya ketika merasakan ada gerakan menendang atau bergerak dari dalam perut. Menyentuh perut dengan lembut juga merupakan cara lain untuk merangsang si buah hati. 4. Hindari stres Hindari stres karena dapat berdampak negatif pada perkembangan bayi. Jika Anda stres dan cemas, ada mungkin akan membuat bayi cemas juga karena Anda berbagi hormon dengannya. Untuk menghindari stres, cobalah latihan relaksasi latihan prenatal atau yoga. 5. Hentikan kebiasaan tak sehat Berhenti merokok, minum alkohol atau mengonsumsi obat-obatan karena dapat menghambat perkembangan otak bayi, menurut sebuah studi yang dilakukan di Cancer Center Moffitt.

Read more http://www.infospesial.net/21677/5-langkah-mudah-agar-si-bayi-jenius/
ARA peneliti dari Yale University, Amerika Serikat, menemukan adanya keistimewaan pada bayi yang terlahir dengan proses persalinan normal. Bayi yang lahir secara normal kemungkinan memiliki IQ lebih besar daripada bayi yang lahir dengan proses operasi Caesar. Kondisi ini disebabkan adanya protein khusus dalam otak bayi hasil persalinan normal yang bermanfaat untuk mempercepat pertumbuhan dan kecerdasan otak. Protein yang dinamakan UCP2 ini juga membantu si kecil mempertajam ingatan jangka pendek dan jangka panjang, poin penting dalam mengukur tingkat IQ seseorang. Kesimpulan tersebut diambil setelah tim peneliti mengamati area hippocampal dalam otak. Area ini bekerja lebih aktif pada bayi yang lahir secara normal. “Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peran penting UCP2 dalam perkembangan sirkuit otak dan perilaku anak,” ujar Dr Tamas Horvath, penggagas studi ini. Daily Mail melansir, hasil penelitian ini menyeruak setelah perdebatan mengenai proses persalinan terbaik kian memanas selama beberapa tahun terakhir. Para pakar medis berpendapat, persalinan dengan metode Caesar dapat meningkatkan resiko pendarahan dalam dan dapat memicu masalah kesuburan. “Penggunaan metode Caesar hanya supaya ibu lebih nyaman saat melahirkan ketimbang adanya desakan kondisi medis, mampu menyebabkan efek berkelanjutan terhadap perkembangan otak,” pungkas Horvath. (rha/PARA peneliti dari Yale University, Amerika Serika)

Read more http://www.infospesial.net/6623/persalinan-normal-rahasia-mambuat-bayi-jenius/
ARA peneliti dari Yale University, Amerika Serikat, menemukan adanya keistimewaan pada bayi yang terlahir dengan proses persalinan normal. Bayi yang lahir secara normal kemungkinan memiliki IQ lebih besar daripada bayi yang lahir dengan proses operasi Caesar. Kondisi ini disebabkan adanya protein khusus dalam otak bayi hasil persalinan normal yang bermanfaat untuk mempercepat pertumbuhan dan kecerdasan otak. Protein yang dinamakan UCP2 ini juga membantu si kecil mempertajam ingatan jangka pendek dan jangka panjang, poin penting dalam mengukur tingkat IQ seseorang. Kesimpulan tersebut diambil setelah tim peneliti mengamati area hippocampal dalam otak. Area ini bekerja lebih aktif pada bayi yang lahir secara normal. “Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peran penting UCP2 dalam perkembangan sirkuit otak dan perilaku anak,” ujar Dr Tamas Horvath, penggagas studi ini. Daily Mail melansir, hasil penelitian ini menyeruak setelah perdebatan mengenai proses persalinan terbaik kian memanas selama beberapa tahun terakhir. Para pakar medis berpendapat, persalinan dengan metode Caesar dapat meningkatkan resiko pendarahan dalam dan dapat memicu masalah kesuburan. “Penggunaan metode Caesar hanya supaya ibu lebih nyaman saat melahirkan ketimbang adanya desakan kondisi medis, mampu menyebabkan efek berkelanjutan terhadap perkembangan otak,” pungkas Horvath. (rha/PARA peneliti dari Yale University, Amerika Serika)

Read more http://www.infospesial.net/6623/persalinan-normal-rahasia-mambuat-bayi-jenius/

2 komentar: